jemputan
Terindah Atau Terendah
Tuhan,
sejak kecil aku telah mempercayai agamaku. Dan keimananku kuat kepada-Mu. Tapi
itu karena aku menyukai surga dengan buah-buahannya. Air yang mengalir. Kenikmatan
kolam susu dan bidadari yang memikat. Serta semua yang Engkau janjikan. Itu
juga karena aku takut dengan sempitnya kubur, beragam binatang yang siap
menggigit dan menyengatku. Aku takut kepada nerakamu. Apalagi malaikat
penjaganya, yang kejam, dan tak mengenal HAM.
Aku sangat menyukai surga-Mu. Mendambakan
fasilitasnya yang super mewah dan canggih. Pelayanananya yang memikat. Dan tak perlu
bayar. Tapi akupun tak mau buru-buru pergi ke sana. Walau aku tidak paham
dengan tujuan hidupku. Aku takut neraka. Tapi kadang yang kulakukan bukan
berupaya menghindarinya.
Aku membaca Al-Qur’an tapi tak berusaha
untuk memahaminya. Setiap aku membaca aku hanya paham bahwa disetiap hurufnya
ada pahala. Aku tidak menyadari bahwa di dalamnya terdapat 6.236 pintu untuk
mengenal kekuasaan-Mu.
Rahasia dibalik ciptaan-Mu yang maha
dahsyat itu, Alam semesta dan aku, yang disebut manusia. Proses alamiah dan
ilmiah tentang sunnatullah. Tentang hukum relativitas waktu. Hukum gravitasi,
hukum Dalton, hukum Archimides serta hukum-hukum alam lainnya. Hukum-hukum yang
saling mempengaruhi. Seperti hukum sosial, hukum perdaganggan, politik, fiqih
dan tata negara.
Setiap waktu aku
sholat, tetapi disaat yang bersamaan aku lalai meminta, bahkan mengingat-Mu.
Bulan ramadhan aku juga berpuasa. Menahan lapar dan haus. Juga yang
membatalkannya. Atas tradisi-Mu. Tapi aku tak kuasa menahan gejolak nafsuku,
dikala berbuka.
|
Aku menjadi
orang baik-baik saja yang takut salah apalagi disalahkan. Aku bisa menyerang
siapa saja yang mencoba menyalahkan aku yang telah mencoba baik-baik saja. Aku
membela diri agar tetap diposisi yang baik. Aku sangat menjaga image. Aku
mendatangi-Mu di siang-malamku. Bersimpuh seakan aku telah mengenal-Mu. Menangisi
diriku. Menangisi nasibku. Kadang menangisi permohonanku yang tak kunjung Kau kabulkan.
Tapi kadang aku bangga melakukan maksiat. Kemudian kubasuh
nodanya dengan sedekah dan perbuatan baik lainnya. Aku merasa baik-baik saja.
Tapi aku juga merasa lelah dan gelisah. Aku merasa yang kulakukan tak sebanding
dengan yang kuterima. Padahal aku telah bekerja keras. Bahkan tidak jarang aku
harus menyelesaikan kekeliruan orang lain. Menanggung akibat yang bukan disebabkan
olehku. Aku kerap menjadi tersangka padahal bukan aku pelakunya. Aku sangat
peduli dengan diriku. Aku sangat aku sekali, Bahkan angkuh.
Betapa dulu aku kecil berharap usiaku
bisa panjang. Seperti usia ayahku. Tapi kini aku takut itu terjadi. Ketika ternyata
ayahku Kau jemput diusia 48 tahun, sedang kini aku telah berumur 45 tahun.
Bukankah tinggal menghitung tahun? Lalu kuralat harapan itu dengan dengan doa
agar Engkau memberiku usia panjang. Ya setidaknya 109 tahun. Aku takut dengan
jemputan terakhir itu, karena dosa-dosaku, aku takut dengan jemputan
terendah-Mu. Karena aku telah menjauhi-Mu.
Tapi kini, saat aku baru belajar mengenal-Mu. Setiap saat
aku merindukan-Mu. Jemputan-Mu adalah perjalanan terindahku. Aku telah
mencintai-Mu seluas hati yang telah kupersiapkan untuk-Mu. Raab Semesta Hatiku
hanya untuk-Mu. Ya memang aku sangat mencintai anak istriku. Tetapi itu karena-Mu.
Aku mencintai orang tuaku, hartaku, pekerjaanku, anak didikku, teman dan
sahabatku, bahkan diriku. Itu juga karena-Mu semata. Ya Raaab, Terimalah ini
sebagai pengabdianku kepada-Mu. Agar aku dapat mengecap kenikmatan untuk
berjumpa dengan-Mu. Berada disisi-Mu adalah tujuan hidupku. Amiin.